Buku ini lahir dari keprihatinan terhadap dua krisis di pesisir Indonesia: kegagalan masif program restorasi mangrove dan maraknya praktik greenwashing dalam pariwisata. Restorasi sering terjebak dalam seremoni penanaman yang mengabaikan ekologi, sementara ekowisata direduksi jadi label pemasaran tanpa manfaat nyata bagi lingkungan dan masyarakat.
Berdasarkan riset di Semenanjung Minahasa, buku ini menawarkan paradigma baru: menjadikan ekowisata bukan sekadar produk wisata, melainkan mesin penggerak sekaligus sumber pembiayaan restorasi. Dengan menempatkan proses pemulihan ekosistem dan partisipasi komunitas sebagai daya tarik utama, lahirlah model ekowisata yang otentik, berbasis komunitas, dan kebal greenwashing.
Solusi yang ditawarkan meliputi Matriks Penilaian Kesesuaian Ekowisata Mangrove Restorasi (MP-EMR), alat evaluasi dengan 21 parameter ekologi, sosial, ekonomi, dan kelembagaan; serta Model REALSH Heptahelix, kolaborasi tujuh pemangku kepentingan dengan atraksi utama berbasis riset, petualangan, narasi historis, edukasi, dan pembatasan jumlah pengunjung.
Model ini mengubah restorasi dari “beban biaya” menjadi “investasi berdampak,” menciptakan siklus positif antara keberhasilan ekologis, daya tarik wisata, dan pendanaan konservasi. Dengan demikian, buku ini menyajikan cetak biru transformasi menuju pesisir Indonesia yang tangguh, berkelanjutan, dan sejalan dengan agenda iklim nasional maupun global.